REVIEW AND MORAL VALUE OF FILM
Title : 9 Summer 10 Autumns
Genre : Drama
Sutradara : Ifa Isfansyah
Produser : Edwin Nazir
Arya Pradana
Penulis : Ifa Isfansyah
Fajar Nugros
Iwan
Setyawan ( novel)
Pemain : Shafil Hamdi Nawara memerankan Iwan
kecil
Ihsan
Tarore memerankan Iwan (panggilan Bayek)
Alex Komang memerankan Ayah Iwan
Dewi
Irawan memerankan Ibu Iwan
Dira Sugandi memerankan Inan, kakak iwan
Hayria Faturrahman memeranan Mida sahabat
kecil Iwan
Durasi :
120 menit
Bahasa : Bahasa Indonesia
“9 SUMMER 10 AUTUMNS”
Film ini diangkat dari sebuah novel yang
ditulis oleh Iwan Setyawan yang sangat menginspiratif. Film ini mengkisahkan
seorang anak ibarat sebuah kata-kata “from zero to hero”. Film ini berawal dari
seorang anak laki-laki yang tumbuh besar bersama keluarganya yang sederhana di
sebuah kampung di kaki Gunung Panderman, Malang yang mempunyai cita-cita sangat
tinggi akan tetapi ekonomi keluarga yang sangat terbatas yang jauh dari kata
layak. Dia adalah Iwan yang diperankan oleh Ikhsan Tarore. Dia tumbuh dari
keluarga pas-pas an yang mana ayahnya hanya sebagai sopir angkot yang sangat
mengharapkan Iwan tumbuh menjadi laki-laki tangguh yang dapat membatu mencari
penghidupan untuk keluarganya dan ibunya yang hanya tamat Sekolah dasar, dan
dia mempunyai 2 kakak perempuan dan adik perempuan. Bagaimanapun Iwan lah anak
laki-laki satu-satunya yang pastinya orang tua sangat menaruh harapan besar
padanya. Dia lebih suka membantu ibunya didaour dibanding menbantu ayahnya
memperbaiki mesin-mesin angkot anyahnya. Ayahnya pun selalu menganggap Iwan
sebagai anak yang lembek dan sangat penakut yang membuat ayahnya kecewa pada
Iwan. Akan tetapi, dia selalu membuktikan bahwa dia bukan anak laki-laki yang
selalu dianggap lembek. Namun seiring berjalannya waktu dia membuktikkan bahwa
anggapan anyahnya selama ini salah besar, semangat dia yang mampu membuat dia
tumbuh menjadi anak yang cerdas dalam hal Matematika / hitung menghitung dan bermimpi
untuk membangun kamar sendiri yang tidak kecil seperti rumahnya yang sekarang.
Hidup bertujuh dengan segala sesuatu
yang terbatas, membuat Iwan bahkan tak memiliki kamar sendiri.
Bermodalkan otak yang encer dalam hal
hitung menghitung serta dukungan penuh dari ibunya, Iwan nekat menantang dirinya
sendiri dengan menimba ilmu di IPB yang jaraknya ratusan kilometer dari rumah.
Meski awalnya diselimuti keraguan untuk melepas sang anak, ayahnya pun akhirnya
memberi restu yang dibuktikan melalui dijualnya angkot yang menjadi sumber
penghasilan utama demi ditukar dengan uang untuk menjadi biaya hidup Iwan
selama di Bogor. Sebungkus plastik hitam yang berisi uang menjadi langkah awal
dan modal awal menuju kesuksesan dengan segala mimpi-mimpinya sewaktu kecil. Dengan
kecerdasan disertai kerja keras, ketekunan, harapan, serta sikap ‘nrimo’, Iwan
perlahan tapi pasti mulai memetik hasilnya. Bocah polos dari Kota Apel, Malang
yang dianggap anak lembek yang tidak bisa berbuat apa-apa, sekarang menjadi
sesosok anak laki-laki yang mampu menduduki posisi terhormat di sebuah
perusahaan besar di Big Apple, New York. Pendidikan dan tekad yang kuat yang
mampu membuat dia menjadi seseorang yang benar-benar seseorang tanpa ada satu
orangpun yang mampu menyepelekannya dan mampu mengangkat harkat martabat
keluarganya. Anak polos yang sekarang berdiri tegak dengan segala khayalan
sewaktu kecil mampu dia wujudkan dengan
segala perjuangan dan pendidikan yang membentangkan kesuksesannya.
Moral Value of
this film
The film reminds us of the meaning of a
determination, sacrifice, struggle, and love the family and education.
Education in this era very need in any case, through education will we able to
choose the future, decide the future and be able to realize the beautiful
dreams that have been assembled since childhood.
The film also teaches the meaning appreciate
someone. Do not judge a person's physical, take a look at someone of shortcomings,
instead of their shortcomings have enormous advantages. As the words "Do
not judge the book by the cover" if only one sentence but extraordinary
meaning. Because the physical does not guarantee anything. Look at the contents
before judging someone.
This is the most important, family is
the place the first time we know what the real meaning of life, the family is a
problem-solving, and the family that became a major influence our future could
be. Do not be like the Iwan’s father who always underestimate his. In fact, it
is not just the parents how to raise a child, but how to make a child becomes
more aware of knowing, from zero to hero. A child sometimes need words of
support instead of words underestimate.
One thing is very positive, there is no
any parents who want their children difficult, sad though sometimes parents
often sacrifice what they have for their children's success. Strong desire that
is able to make us human are humanized. Be human different from other human
beings, even though sometimes it's different cause problems.
“Keep on fighting to reach what we
want to”
Film yang mengingatkan kita arti sebuah
tekad, pengorbanan, perjuangan, serta kasih sayang keluarga serta pendidikan.
Pendidikan di era sekarang sangat dibutuhkankan dalam hal apapun, melalui
pendidikan lah kita mampu memilih masa depan, memutuskan masa depan serta mampu
mewujudkan mimpi-mimpi indah yang telah dirangkai sejak kecil.
Film ini juga mengajarkan arti
menghargai seseorang. Jangan menilai seseorang dari fisik, lihatlah seseorang dari kekurangannya, karena
dari kekurangannya tersimpan kelebihan yang sangat besar. Seperti kata-kata ini
“ Don’t judge the book by the cover” meski hanya 1 kalimat tapi maknanya luar
biasa. Karena fisik tidak menjamin apapun. Lihatlah isinya sebelum menilai
seseorang.
Ini yang paling penting, Keluarga adalah
tempat pertama kalinya kita mengetahui apa makna kehidupan sebenarnya, keluarga
adalah tempat penyelesaian masalah, dan keluargalah yang menjadi pengaruh besar
kita kelak bisa menjadi apa. Jangan seperti ayah Iwan yang selalu menganggap
remeh anaknya. pada kenyataannya, orangtua itu bukan hanya bagaimana cara
membesarkan seorang anak tetapi bagaimana menjadikan seorang anak dari
mengetahui menjadi lebih mengetahui, from zero to hero. Seorang anak
kadang-kadang membutuhkan kata-kata dukungan bukan kata-kata meremehkan.
Satu hal yang sangat positif, tak ada
orangtua manapun yang menginginkan anaknya susah, sedih meski terkadang
orangtua sering mengorbankan apa yang mereka miliki demi kesuksesan anaknya. Keinginan
yang keras yang mampu menjadikan kita menjadi manusia yang dimanusiakan.
Jadilah manusia yang berbeda dengan manusia yang lain, meski terkadang beda itu
menimbulkan masalah.