Jumat, 08 April 2016

THE REVIEW AND MORAL VALUE OF FILM "MAMA"



THE REVIEW AND MORAL VALUE OF FILM



Judul               : MAMA
Genre              : Horor, Drama
Penulis             : Andres Muschietti
Sutradara         : Andres Muschietti
Produser          : J. Miles Dale
Durasi              : 100 menit
Bahasa             : Inggris
Pemain             : Jessica Chastain, Nikolaj Coster Waldau, Megan Charpentier, Isabelle
  Nelisse, Daniel Kash, Javier Botet, Jane Moffat, Julia Chantrey, Jayden
  Greig, Sydney Cross

THE REVIEW OF FILM

“MAMA ( A MOTHER’S LOVE FOREVER )”

Film barat yang berjudul “MAMA” ini adalah film yang beraliran horor film. Film “MAMA” ini pada awalnya menceritakan seorang ayah bernama Jeffrey yang sedang mengalami frustasi berat dengan pekerjaannya dan hingga membunuh rekan dan istrinya sendiri. Ia memutuskan untuk membawa lari kedua putrinya yang masih berusia tiga dan satu tahun, Victoria dan Lily menuju ke sebuah hutan. Akhirnya mereka menemukan sebuah gubuk tua ditengah hutan yang tidak berpenghuni.Di gubuk itulah Jeffrey mencoba untuk bunuh diri dan membunu Victoria dengan mengacungkan sebuah pistol, tetapi sesosok makhluk yang menyeramkan tiba-tiba menarik Jeffrey, dan akhirnya ia meninggal.  Sesosok makhluk ini menyelamatkan kedua anak ini. Mulai saat itulah Victoria dan Lily tinggal di gubuk itu dengan ditemani makhluk halus yang sudah mereka ketahui sejak datang ke gubuk. Kedua anak ini ternyata di rawat dan diasuh oleh sosok makhluk perempuan itu dan memberi makan buah-buahan dan bahkan serangga. Perilaku kedua anak ini semakin memprihatinkan hampir menyerupai perilaku hewan ketika paman Victoria dan Lily menemukan mereka. Lucas namanya ditemani kekasihnya Annabel yang mencari keberadaan Victoria dan Lily. Akhirnya mereka di rawat oleh Lucas dan kekasihnya. Mereka berhasil menenangkan Victoria dan Lily dan membuat mereka mampu kembali ke kehidupan normal sperti manusia biasa.
Ketegangan dari film ini mulai muncul ketika Annabele merawat Victoria dan Lily. Tanpa mereka sadari sosok makhluk perempuan yang sering dipanggil “mama” oleh kedua anak itu ikut masuk kedalam rumah. Annabel sering menemui bayangan anaeh tetapi Lucas selalu menggapnya sebagai halusinasi atau perasaan saja. Hingga pada akhirnya annabele terbaring koma di rumah sakit. Makhluk “Mama” yang sering Victoria panggil itu ternyata sosok roh seorang ibu yang bunuh diri setelah merebut bayinya dari suster yang telah memisahkan mereka. Dan sosok “Mama” telah menganggap Victoria dan Lily sebagai anaknya sendiri. Makin hari Victoria dan Lily semakin dekat dengan Annabele yang membuat sosok “ Mama” menjadi cemburu dan akhirnya menganggu mereka.
Pada akhir cerita, terjadi adegan kejar-mengejar antara "mama" dan Lucas-Annabel untuk merebutkan Victoria-Lily. Walaupun telah kembali dengan anaknya yang hilang setelah Annabel memberikan jasad bayi yang ditemukannya di dinding tebing tempat kejadian jatuhnya ibu-anak yang melarikan diri, "mama" tetap tidak ingin melepaskan kedua kakak-beradik tersebut. Setelah mengalami perseteruan yang panjang, "mama" akhirnya pergi dengan membawa Lily bersamanya yang telah terlanjur menyayangi sosok tersebut. Lucas, Annabel dan Victoria hanya dapat melihat kepergian Lily yang hilang menjadi kumpulan kupu-kupu bersama "Mama".

The Moral Value of Film

This film has a very strong moral values. We can see from the sub-title "A mother Love is forever". a mother's love will never be replaced by anything and anyone. As the story in the movie "MAMA" although a mama was gone but her love never broke up, even though the world has a different mother will always be remembered. A mother that although during his life was nasty, or less attention but behind it all a mother must have loved her son.
In this film also teaches how to be a good mother, as the story Annabele though he was only a lover of Victoria and Lily's uncle, she was able to become a very good mother to the children and being able to make them come back to life as a human being. So, the good mother was not always she who bore us, but a stepmother was also able to have a sense of affection to their children, even though we often hear a definite evil stepmother, but not for this movie.
“A mother would give up his life for his own son. That's a mother!”
“A MOTHER LOVE IS FOREVER”

Film ini mempunyai nilai moral yang sangat kuat. Kita bisa lihat dari sub-judulnya “A mother Love is forever” . kasih sayang seorang ibu tak akan pernah tergantikan oleh apapun dan siapapun.  Seperti kisah dalam film “MAMA “ ini meskipun seorang mama itu telah tiada kasih sayangnya tak akan pernah putus, meski telah berbeda dunia seorang ibu akan selalu terkenang. Seorang ibu itu meskipun selama hidupnya jahat, atau kurang perhatian akan tetapi dibalik itu semua seorang ibu pasti menyayangi anaknya.
Dalam film ini juga mengajarkan bagaimana menjadi seorang ibu yang baik, seperti kisah Annabele meskipun dia hanya sebagai kekasih dari paman Victoria dan Lily, dia mampu menjadi ibu yang sangat baik untuk kedua anak itu dan mampu membuat mereka kembali hidup seperti manusia biasa. Jadi, Ibu yang baik itu tidak harus dia yang melahirkan kita, akan tetapi seorang ibu tiri juga mampu mempunyai rasa sayang kepada anaknya, meski kita sering mendengar seorang ibu tiri pasti jahat, tetapi tidak untuk film ini.
Seorang ibu akan merelakan nyawanya demi anaknya sendiri. Itulah seorang ibu.”

THE REVIEW AND MORAL VALUE OF NOVEL "GAZA"



THE REVIEW AND MORAL VALUE OF NOVEL


Judul               : Gadis Kecil di Tepi Gaza
Penulis             : Vanny Chrisma W.
Penerbit           : Diva Press
Tebal               : 343 halaman
Tahun terbit     : 2011
Kota terbit       : Yogyakarta

The Review of Novel
"GADIS KECIL DI TEPI GAZA"

Novel yang sangat mendebarkan. Sebuah novel yang mengingatkan artinya perjuangan hidup untuk memperjuangkan kebenara. Noval yang menceritakan seorang gadis kecil berusia 11 tahun yang tinggal di kota Gaza yang bernama Palestine. Ayahnya yang pemberani, Yahded Haidar merupakan seorang anggota pejuang Hamas memberinya nama seperti itu. Agar Palestine tumbuh menjadi seorang gadis Palestina yang pemberani untuk memperjuangkan nasib bangsanya itu. Sebuah rudal telah menghancurkan rumah Palestine serta menewaskan ibu dan dua saudaranya, sedangkan ayahnya sedang berjuang dengan Hamas untuk melawan Israel.Usia yang masih kecil membuatnya menjadi trauma jika mendengar suara-suara roket dan bom yang meledak di sekitar gadis kecil itu. Hanya Palestine lah yang selamat walau ia sedikit mengalami cedera ringan. Palestine dibawa bersama-sama dengan rombongan anak-anak Gaza lain untuk mengungsi di Jabaliyah.
Palestine hanya tinggal sebatang kara di tempat pengungsian, saat disitulah ia bertemu dengan Yanaan seorang anak berusia 14 tahun  yang menjadi teman seperjuangannya. Ia juga bertemu dengan Adeeba seorang anak berusia 8 tahun yang menjadi teman penyempurna kehidupan mereka yang awalnya sepi. Adeeba memiliki satu kelebihan indera keenam untuk melihat masa lalu dan masa depan. Palestine ditembak oleh serdadu Israel di bagian dadanya pada saat melakukan aksi pelemparan kotoran kuda yang dibentuk menjadi seperti batu di kawasan perbatasan antara Gaza dan Israel. Hidupnya semakin terpuruk, koma di rumah sakit tanpa ada keluarga yang menemani. Hanya Yanaan dan Adeeba yang merawatnya di rumah sakit. Namun syukurlah, ia berhasil selamat setelah sadar dari komanya selama beberapa hari. Sementara itu, ayahnya ditangkap dan disiksa tentara Israel hingga tewas tak hanya ayahnya yang di siksa, Israel juga membunuh rakyat sipi;, wanita dan anak-anak yang tidak berdosa. Palestine pun terpaksa memberanikan diri ikut dengan seorang tentara Israel bernama Hebrew, tentara yang  pernah menembak dadanya hingga ia koma cukup lama. Dengan luka tembakan yang masih jelas membekas dan belum sembuh, ia dibawa ke Jerusalem dan dijanjikan akan bertemu dengan ayahnya yang diketahui ditahan di penjara Maskobbeya, Jerusalem. Ternyata, bukannya dipertemukan dengan ayahnya, ia malah ditelantarkan di Jerusalem dengan mata tertutup serta tangan dan kaki terikat. Untunglah ia diselamatkan oleh seorang wanita tua, penduduk Jerusalem. Palestine mulai lemas dan terbujur kaku di kamp pengungsian Jabaliyah, Gaza. Gadis kecil itu, gadis pejuang bangsa  yang selalu membawa batu di dalam sakunya lalu melemparkannya sambil berkata ‘Laknat untuk Israel’ kini telah tiada.

The Moral Value of Novel

This novel is very inspiring. The novel  have a message very much. From this, we can also learn from Palestine character, a little girl who was very patient with the trials in her life, when we live our lives, we must be patient in the face of all trials and violence.
This novel also motivate us to be able to live independently and never give up in life.
life is a struggle. And we can see how the struggle of Palestine’s father who lost his life to fight for the Palestinians. So, we have to know that life is a struggle.
As humans we should love each other and help each other as characters Palestine’s father who never gave up and help Gaza’s societies are constantly exposed to attack Israeli soldiers although he had to give up his life.